YayBlogger.com
BLOGGER TEMPLATES

Rabu, 07 Desember 2011

Konflik Organisasi


Dalam bermasyarakat atau bersosialisai tentu ada perbedaan dalam berbagai hal. Perbedaan tersebut bisa dalam segala hal, mulai dari hal yang sangat sederhana hingga hal yang kompleks. Tak jarang perbedaan tersebut menimbulkan konflik dikalangan masyarakat kita. Apalagi dalam situasi negara kitaa yang sedang tidak stabil seperti ini konflik bisa sangat muda muncul dari masalah yang sebenernya sepele. Konflik juga bisa  terjadi didalam suatu badan organisasi atau bisa disebut konflik intern. Apasih sebenarnya pengertian dari konflik itu sendiri ? Berikut ini adalah beberapa pengertian konflik dari beberapa ahli :
  1. Menurut Taquiri dalam Newstorm dan Davis (1977), konflik merupakan warisan kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau lebih pihak secara berterusan.
  2. Menurut Gibson, et al (1997: 437), hubungan selain dapat menciptakan kerjasama, hubungan saling tergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika masing – masing komponen organisasi memiliki kepentingan atau tujuan sendiri – sendiri dan tidak bekerja sama satu sama lain.
  3. Menurut Robbin (1996), keberadaan konflik dalam organisasi dalam organisasi ditentukan oleh persepsi individu atau kelompok. Jika mereka tidak menyadari adanya konflik di dalam organisasi maka secara umum konflik tersebut dianggap tidak ada. Sebaliknya, jika mereka mempersepsikan bahwa di dalam organisasi telah ada konflik maka konflik tersebut telah menjadi kenyataan.
Dapat disimpulkan bahwa konflik adalah akibat dari adanya perbedaan yang tidak dapat bisa diterima oleh sebagian orang lainnya atau ketidak setujuan kedua puhak.
Dalam konflik juga terdapat dua pandangan yaitu pandangan tradisional dan pandangan interaksionis
  1. Pandangan tradisional (The Traditional View). Pandangan ini menyatakan bahwa konflik itu hal yang buruk, sesuatu yang negatif, merugikan, dan harus dihindari. Konflik disinonimkan dengan istilah violence, destruction, dan irrationality. Konflik ini merupakan suatu hasil disfungsional akibat komunikasi yang buruk, kurang kepercayaan, keterbukaan di antara orang – orang, dan kegagalaan manajer untuk tanggap terhadap kebutuhan dan aspirasi karyawan.
  2. 2Pandangan interaksionis (The Interactionist View). Pandangan ini cenderung mendorong suatu kelompok atau organisasi terjadinya konflik. Hal ini disebabkan suatu organisasi yang kooperatif, tenang, damai, dan serasi cenderung menjadi statis, apatis, tidak aspiratif, dan tidak inovatif. Oleh karena itu, menurut pandangan ini, konflik perlu dipertahankan pada tingkat minimum secara berkelanjutan sehingga tiap anggota di dalam kelompok tersebut tetap semangat, kritis – diri, dan kreatif.
Terjadinya suatu konflik pasti ada sebab dan akibatnya. berikut ini adalah faktor- faktor dari penyebab konflik itu terjadi
  • Faktor kebudayaan atau kultur karena indonesia merupakan negara yang terdiri dari berbagai macam suku dan budaya, maka sangat rentan sekali terjadi konflik dari perbedaan itu. tetapi seharusnya dengan perbedaan atau keragaman budaya tersebut dapat melahirkan jiwa nasionalis kita sebagai satu kesatua dari suatu negara yaitu Indonesia.
  • Perbedaan Individu, karena pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial. seringkali kita slalu memepertahankan apa yang kita anggap benar padahal itu salah tidak mau mendengar masukan dari orang lain disitulah biasanya gampang miuncul suatu konflik. Didalam suatu organisasi ini sering terjadi perbedaan pendapat.
  • Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok .Manusia memiliki perasaan, pendirian maupun latar belakang kebudayaan yang berbeda. Oleh sebab itu, dalam waktu yang bersamaan, masing-masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Kadang-kadang orang dapat melakukan hal yang sama, tetapi untuk tujuan yang berbeda-beda.
  • Perubahan- perubahan dari nilai- nilai dan norma yang sekarang berlaku dimasyarakat. ini sudah biasa terjadi karna pada sekarang ini dengan sangat mudah pengaruh dari luar masuk ke kalangan kita maka dengan itu juga sangat mudah timbulnya konflik.
Berikut ini adalah tekhnik- tekhnik memecahkan konflik :
1. Gencatan senjata, yaitu penangguhan permusuhan untuk jangka waktu tertentu, guna melakukan suatu pekerjaan tertentu yang tidak boleh diganggu. Misalnya : untuk melakukan perawatan bagi yang luka-luka, mengubur yang tewas, atau mengadakan perundingan perdamaian, merayakan hari suci keagamaan, dan lain-lain.
2. Abitrasi, yaitu suatu perselisihan yang langsung dihentikan oleh pihak ketiga yang memberikan keputusan dan diterima serta ditaati oleh kedua belah pihak. Kejadian seperti ini terlihat setiap hari dan berulangkali di mana saja dalam masyarakat, bersifat spontan dan informal. Jika pihak ketiga tidak bisa dipilih maka pemerintah biasanya menunjuk pengadilan.
3. Mediasi, yaitu penghentian pertikaian oleh pihak ketiga tetapi tidak diberikan keputusan yang mengikat. Contoh : PBB membantu menyelesaikan perselisihan antara Indonesia dengan Belanda.
4. Konsiliasi, yaitu usaha untuk mempertemukan keinginan pihak-pihak yang berselisih sehingga tercapai persetujuan bersama. Misalnya : Panitia tetap penyelesaikan perburuhan yang dibentuk Departemen Tenaga Kerja. Bertugas menyelesaikan persoalan upah, jam kerja, kesejahteraan buruh, hari-hari libur, dan lain-lain.
5. Stalemate, yaitu keadaan ketika kedua belah pihak yang bertentangan memiliki kekuatan yang seimbang, lalu berhenti pada suatu titik tidak saling menyerang. Keadaan ini terjadi karena kedua belah pihak tidak mungkin lagi untuk maju atau mundur. Sebagai contoh : adu senjata antara Amerika Serikat dan Uni Soviet pada masa Perang dingin.
6. Adjudication (ajudikasi), yaitu penyelesaian perkara atau sengketa di pengadilan.

sumber : Teori Organisasi (2008), Gudono,Ph.D
              Manajemen Organisasi (2009)