Penyimpangan seksual adalah aktivitas seksual yang ditempuh seseorang untuk mendapatkan kenikmatan seksual dengan tidak sewajarnya. Biasanya, cara yang digunakan oleh orang tersebut adalah menggunakan obyek seks yang tidak wajar. Kelainan seks terjadi pada batin atau kejiwaan seseorang walaupun dari segi fisik penderita penyakit seks batin tersebut sama dengan orang- orang normal yang lain. Bentuk- bentuk penyimpangan seksual tersebut tidak selamanya ditolak oleh lingkungan masyarakat disekitarnya ada negara yang melegalkan perkawinan sesama jenis dan itu sah secara hukum seperti dinegara Belanda yang membolehkan sesama jenis untuk menikah dan dirayakan secara besar- besaran. Tetapi tentu saja pelaku penyimpangn seksual lebih sering tidak diterima oleh suatu masyarakat dan bahkan mereka dikucilkan. Seperti di Indonesia pelaku penyimpangan seksual sangat dikucilkan mereka biasanya akan diasingkan dari kehidupan bersosialisasi dan juga di Indonesia penyimpangan seksual masih dianggap tabu oleh orang awam. Di kota- kota besar atau kota metropolitan seperti Jakarta penyimpangan seksual dianggap sebagai hal yang biasa dan lumrah. Macam atau jenis- jenis dari penyimpangan seksual adalah homoseksual yaitu kelainan seksual berupa disorientasi seksual dan penderitanya disebut gay atau lesbi, pedophil adalah orang dewasa yang suka melakukan hubungan seks dengan anak dibawah umur, sodomi adalah pria yang suka berhubungan seks melalui dubur pasangan seksnya baik sejenis ataupun lawan jenis, waria atau wanita pria yang sekarang banyak sekali merupakan penyimpangan peran pria yang ingin menjadi perempuan ataupun sebaliknya, dan masih banyak lagi contoh penyimpangan seksual. Dilihat dari kategorinya terdapat tiga kategori, yaitu :
- Dari cara penyaluran dorongan seksualnya
- Dari orientasi atau sasaran seksual yang menyimpang
- Dilihat dari tingkat penyimpangan, keinginan, dan kekuatan dorongan seksuaL
Hal negatif seperti penyimpang seksual ini tentu memiliki dampak negatif dari segi kesehatan dan sosial. Dari segi sosial dampak yang ditimbulkan dari perilaku seksual yang menyimpang pada dirinya sendiri adalah dapat terkena penyakit menular seksual seperti HIV AIDS, zoophilia, sifilis, gonorea, herpes, dan masih banyak lagi. Dari segi sosial tentunya pelaku penyimpangan seksual dikucilkan atau diasingkan dar kehidupan bermasyarakat dan mereka dianggap sebagai benalu atau pembawa hal buruk bagi kehidupan bermasyarakat suatu wilayah.
Seorang pelaku penyimpangan seksual atau seorang gay biasanya sangat mencintai pasangannya hal itu dikarenakan mereka mendapatkan kepuasaan dari pasangannya. Sehingga banyak kejadian yang terjadi seorang gay menghabisi pasangannya sendiri dikarenakan cemburu ataupun diselingkuhi oleh pasangannya. Dan mereka pun tak segan- segan untuk membunuh dan memutilasinya hal itu dikarenakan rasa cinta yang sangat besar terhadap besar kepada pasangan mereka sehingga menimbukan resa kecemburuan yang amat besar pula karena biasanya sifat dari seoran homoseksual adalah dingin, tenang dan pandai menyimpan rahasia.
Sebenarnya pelaku penyimpang seksual dapat sembuh total jika mereka ingin benar- benar sembuh. Kareena penyakit ini menyerang batin atau kejiwaan seseorang, proses penyembuhannya akan berjalan maksimal jika ia benar- benar bertekad ingin sembuh dan juga dengan dukungan dari orang- orang sekitar mereka dan bimbingan konseling dari ahli penyakit tersebut.
Contoh Kasus
ebut saja si pelaku berinisial "S". S mulai menceritakan riwayat hidupnya sebagai seorang anak laki-laki yang ketika berumur 4 tahun ayahnya meninggal dunia, dan selanjutnya ia diasuh oleh kakek dan neneknya. Kehidupan masa kecilnya bersama nenek dan kakeknya cukup bahagia, S dapat mengikuti pendidikan formal dengan baik. Setelah lulus SMA, S pindah ke kota lain karena diterima di salah satu Fakultas Kedokteran Negeri di Sumatera dan akhirnya berhasil menjadi seorang dokter. Ketika di SMA banyak waktu dihabiskan untuk melakukan kegiatan-kegiatan di masjid atau surau seperti kawan-kawan sebayanya di sana. Meski telah menjadi seorang dokter, ada kenangan yang sulit dilupakan karena pada saat S banyak melakukan kegiatan di surau, ia memiliki kenalan yang sangat akrab yaitu seorang kakek yang banyak memberikan perhatian, bantuan, dorongan, kesenangan dan kepuasan bagi S sebagai seorang remaja. Pada saat S kuliah di kota lain hubungan tetap terjalin, tiap malam minggu ia pulang seperti remaja lain mengunjungi pacarnya. Namun pacar S ini lain dari yang lain yaitu seorang kakek yang ubanan, bersih dan ganteng, katanya. Apa yang dilakukan antara kakek dan remaja tersebut ternyata bercinta secara homoseksual. Hal itu dilakukan cukup lama sejak SMA kelas I sampai S lulus menjadi dokter, pada hal si kakek tersebut punya anak dan punya istri. Cara bercintanya juga sangat rapi karena tidak ada yang tahu, baik pihak keluarga kakek maupun keluarga S, termasuk kawan-kawan sebayanya. Rupanya apa yang dilakukan kedua insan berbeda usia dan sejenis tersebut membahagiakan kedua belah pihak, karena kedua belah pihak merasa sulit untuk berpisah. Untuk menjaga kelestarian hubungan antara keduanya, kakek menawarkan kepada S agar menikah dengan anak perempuannya bernama (K). S sudah cukup kenal dengan K walaupun merasa tidak cinta, seperti cintanya terhadap ayah K. Namun akhirnya S nikah dengan K karena ada udang dibalik batu agar tetap dekat dengan ayah K. Dalam kehidupan sebagai suami istri S menjalaninya biasa-biasa saja, namun hubungan dengan kakek juga tetap dijalankan, bahkan merasa lebih bebas karena satu rumah. Kadang-kadang ia bermesraan sama kakek yang sekarang adalah mertua, namun kadang-kadang bermesraan sama K sebagai istri. Dalam bathin S sering timbul perasaan bahwa cintanya terhadap istri cukup sebagai simbol status sosial, karena secara umum hal itu merupakan suatu yang wajar bahwa laki-laki berpasangan dengan wanita. Namun disisi lain S merasa sangat mencintai kakek dan merasa lebih bergairah dalam bercinta. Bahkan S merasa terangsang dengan istri bila habis bermesraan dengan kakek, entah bagaimana caranya. Keadaan itulah yang terus terbawa sampai saat ini. S merasa bergairah dengan istrinya apabila habis bercinta dengan si kakek.
Kehidupan memang tidak pernah akan berlanjut dengan mulus bagi S untuk bermesraan dengan dua orang, dimana satu sama lain tidak memperlihatkan kecumburuan dan kecurigaan dan dua-duanya memberi kepuasan pada dirinya. Setelah S dengan K memiliki anak pertama, si kakek meninggal dunia. S pada awalnya merasa shock karena pasangan yang sangat dicintainya telah tiada dan S kemudian mencurahkan perhatiannya kepada anak dan istrinya serta pekerjaannya sebagai pegawai negeri. Waktu berlalu dengan cepat, sampai akhirnya S sudah berpindah-pindah kota dan sudah menduduki jabatan penting. Suatu saat S ditawari untuk pindah ke Jakarta dan ia tentu saja merasa sangat senang karena dapat bekerja di pusat. Setelah berada di Jakarta S merasa senang jika mendapat tugas mendampingi tamu bule pria untuk keliling daerah. Menurut S umumnya orang bule senang diajak main cinta dengan dia, sehingga keinginan S untuk bertemu idamannya yaitu laki-laki, sudah cukup tua, rambutnya putih dan klimis, apalagi mau diajak bercinta semakin menggebu lagi. Ketika hal itu dapat dilakukan S maka ia merasa bahagia dan merasa bergairah untuk bercinta dengan istrinya. Selain itu hubungan S dengan istrinya tidak uring-uringan dan keduanya merasa bahagia, walaupun keadaan S mungkin tidak diketahui oleh istrinya.
Dalam kehidupan bermasyarakat perilaku S terlihat biasa-biasa saja namun sebagai seorang seorang ahli medis ia mendapatkan kesulitan bila menemui pasien seperti yang diidamkannya yaitu pria cukup tua, rambut putih, penampilan bersih dan klimis. Setiap bertemu pasien seperti itu S langsung naksir dan amat tertarik. Kata S, secara naluri ia tahu apakah orang yang dihadapi (diperiksa) itu mau diajak bercinta atau tidak, sehingga hal itu menyebabkan konflik, antara tugas profesi dan dorongan nalurinya yang tidak pada tempatnya. Untuk menjaga profesinya itu S sangat hati-hati jangan sampai rahasia dirinya diketahui oleh para pasiennya. Dalam keadaan inilah S sering merasa terganggu ketenangannya sehingga di rumahpun ia mudah menjadi emosional dan uring-uringan. Keadaan seperti itu terus berlanjut sampai usianya berkepala lima. Dorongan ingin bertemu dengan idamannya sangat kuat. Saking kuatnya keinginan tersebut, suatu saat S mencoba mendekati waria di pinggir jalan di sekitar sebuah taman di Jakarta pada saat waria mejeng di sana. Begitu mudah berkenalan dengan waria bagi S, namun S menjadi terkejut dan takut karena perilaku waria ternyata lain dengan yang di bayangkan S. Kata S waria yang ditemuinya ternyata lebih feminin dari wanita, sehingga ia bingung bagaimana cara merayunya untuk bercinta, sehingga S teringat pada istrinya dan spontan meninggalkann waria tersebut.
Kehidupan memang tidak pernah akan berlanjut dengan mulus bagi S untuk bermesraan dengan dua orang, dimana satu sama lain tidak memperlihatkan kecumburuan dan kecurigaan dan dua-duanya memberi kepuasan pada dirinya. Setelah S dengan K memiliki anak pertama, si kakek meninggal dunia. S pada awalnya merasa shock karena pasangan yang sangat dicintainya telah tiada dan S kemudian mencurahkan perhatiannya kepada anak dan istrinya serta pekerjaannya sebagai pegawai negeri. Waktu berlalu dengan cepat, sampai akhirnya S sudah berpindah-pindah kota dan sudah menduduki jabatan penting. Suatu saat S ditawari untuk pindah ke Jakarta dan ia tentu saja merasa sangat senang karena dapat bekerja di pusat. Setelah berada di Jakarta S merasa senang jika mendapat tugas mendampingi tamu bule pria untuk keliling daerah. Menurut S umumnya orang bule senang diajak main cinta dengan dia, sehingga keinginan S untuk bertemu idamannya yaitu laki-laki, sudah cukup tua, rambutnya putih dan klimis, apalagi mau diajak bercinta semakin menggebu lagi. Ketika hal itu dapat dilakukan S maka ia merasa bahagia dan merasa bergairah untuk bercinta dengan istrinya. Selain itu hubungan S dengan istrinya tidak uring-uringan dan keduanya merasa bahagia, walaupun keadaan S mungkin tidak diketahui oleh istrinya.
Dalam kehidupan bermasyarakat perilaku S terlihat biasa-biasa saja namun sebagai seorang seorang ahli medis ia mendapatkan kesulitan bila menemui pasien seperti yang diidamkannya yaitu pria cukup tua, rambut putih, penampilan bersih dan klimis. Setiap bertemu pasien seperti itu S langsung naksir dan amat tertarik. Kata S, secara naluri ia tahu apakah orang yang dihadapi (diperiksa) itu mau diajak bercinta atau tidak, sehingga hal itu menyebabkan konflik, antara tugas profesi dan dorongan nalurinya yang tidak pada tempatnya. Untuk menjaga profesinya itu S sangat hati-hati jangan sampai rahasia dirinya diketahui oleh para pasiennya. Dalam keadaan inilah S sering merasa terganggu ketenangannya sehingga di rumahpun ia mudah menjadi emosional dan uring-uringan. Keadaan seperti itu terus berlanjut sampai usianya berkepala lima. Dorongan ingin bertemu dengan idamannya sangat kuat. Saking kuatnya keinginan tersebut, suatu saat S mencoba mendekati waria di pinggir jalan di sekitar sebuah taman di Jakarta pada saat waria mejeng di sana. Begitu mudah berkenalan dengan waria bagi S, namun S menjadi terkejut dan takut karena perilaku waria ternyata lain dengan yang di bayangkan S. Kata S waria yang ditemuinya ternyata lebih feminin dari wanita, sehingga ia bingung bagaimana cara merayunya untuk bercinta, sehingga S teringat pada istrinya dan spontan meninggalkann waria tersebut.
sumber kasus :http://makalahdanskripsi.blogspot.com/2009/03/penyimpangan-seksual.html